Kamis, 08 Maret 2012

cerpen


Tuhan lebih cinta kau


            Cinta dan sahabat, dua hal yang tak mudah untuk dimengerti. Kadang bisa sangat berarti, namun dalam hal itu bisa membuat luka teramat perih. Aku adalah orang yang berada di tengah-tengah cinta dan sahabat itu. Kini aku telah diombang-aaming oleh keadaan mereka.
            Mataku masih melekat pada kelopaknya, dan tubuhku pun masih terkulai lemas di atas tempat tidur. Dengan refleks tanganku mulai mencari ponsel nokia berwarna putih. Untung saja itu adalah hari lubur. Aku mulai memainkan telepon genggamku yang baru saja dibelikan oleh kedua orang tuaku.
            Kejadian itu membuatku melupakan suatu hal, aku yang larut dalam perasaanku. Dia memang tak patut untuk disalahkan dan kini aku harus menyesal karena kepergiannya.
            Satu bulan di awal semester satu... aku duduk di bangku kelas XII. Dimana Allah telah mempertemukan kita lagi. Kita yang sempat terpisahkan. Pertemuan awal setelah sekian lama aku tak bertemu dengannya. Raka... itu nama yang selalu terucap dimulutku.
            Satu minggu.. dua minggu.. dan sebulan kita laliu hari-hari bersama dengan perasaan suka cita bersamanya. Bulan pertama hubungan cintaku bersamanya mulai goyah karena orang itu. Aku benar-benar benci orang itu. Perempuan yang telah meracuni pikiran Raka, sehingga membuat Raka perlahan jauh dari genggamanku dan kini Raka yang sulit untuk bertemu denganku.
            Hubunganku dengan Raka perlahan mulai merenggang. Tak ada kabar darinya. Aku tak paham dengan semua ini. Seharusnya perempuan itu tak pernah hadir!! Andai saja aku tau siapa perempuan itu. Aku lelah dengan semua ini hingga kini tak ada yang saling menghubungi satu sama lain. Egoiskah aku??????
            Satu minggu lagi adalah hari spesial yang sangat kunanti. Yaa esok aku telah menjadi dewasa, dan esok adalah hari dimana aku menuju kedewasaanku.
            9 Agustus 2011 pun telah tiba. Di hari spesial ini umurku genap 17 tahun. Hari dimana aku telah menjadi remaja. Aku bukan anak-anak lgi. Aku merayakan sebuah pesta, ya aku merayakan umurku yang ke 17, selayaknya anak SMA yang lain.
            Pukul 08.00 tak ada satupun pesan yang bertuliskan ”MybelovedRAKA” dia benar-benar lupa padaku? Lupa hari ulangtahunku? Jahat! Tuhan... hapuslah rasa curiga ini. Jam pun terus, terus, dan terus berputar. Banyak pesan tapi TIDAK satupun dari Raka. Lemas dan terkulai lemah, itulah yang aku rasakan saat itu. Pelajaran demi pelajaran terlewati. Aku tidak menghiraukan guru yang mengajar. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Raka. Raka dimana kamu? Masih ingatkah kamu kepadaku? Ah masa bodoh! Bodoh, bodoh, bodoh buat apa aku memikirkan hal yang tidak pasti. Bel tanda pelajaran telah selesai berbunyi dengan nyaringnya. Aku yang tadinya terdiam kini beranjak dari tempat duduk dan pergi keluar gerbang untuk menunggu jemputan.
            Aku marah! Benar-benar marah padamu Raka. Seharusnya kamu yang menjemput aku, kamu yang mengantarkan aku pulang kerumah. Bukan supir aku! Bukan! Aaaaaaaa. Teriakan dalam hati yang tak dapat tertahan lagi, kini telah berubah menjadi tetesan airmata. Aku menangis di dalam mobil yang sedang aku naiki. Bapak supir yang daritadi menanyaiku hanya bisa aku hiraukan.
            Sesampainya aku dirumah dan disambut dengan senyuman oleh kedua orang tuaku. Tapi aku hanya membalas dengan rasa kesal. Kesalku karena Raka. Maafkan anakmu ini ayah.. ibu... jam menunjukkan pukul 15.00 aku bergegas bersiap untuk pestakunanti malam. Mobil jazz berwarna putih melaju cepat ke arah salon, tempat dimana aku akan dirubaj sepenuhnya.
            Semua telah selesai dari rambut, make up, hingga gaun dan sepatu. Kata terimakasih aku ucapkan pada seorang ibu yang telah merubahku menjadi princess. Rasa senang, bahagia dan gerogi bercampur menjadi satu. Aku tak sabar menunggu acara itu dimulai.
            Mobil jazz milikku telah berhenti ditempat ku merayakan pesta ulang tahunku. Hari itu benar-benar diperlakukan seperti ratu.
            Setengah jam sebelum acaraku dimulai. Aku melihat kearah ponselku, dan ternyata aku mendapatkan satu pesan dari nomor yang tidak aku kenal. Melihat pesan itu bertambahlah rasa grogiku, padahal belum sempat aku membukanya perasaan ini menjadi semakin tidak karuan. Tanganku kaku seketika. Aku memberanikan diri untuk membuka pesan itu dan ternyata pesan itu bertuliskan ” raka pacar kamu kecelakaan”. Membaca pesan itu membuatku lemas. Antara percaya dan tak percaya.
            Perempuan itu terlihat kembali, dan kini ia setengah berlari kearahku dengan membawa jaket. Aku semakin bingung. Ada apa ini??? Setelah panjang lebar dia ceritakan kepadaku. Aku baru mengerti dan menyadari bahwa jaket itu adalah milik Raka. Raka? Kekasihku? Kenapa dia tuhan?? Hatiku teriris perih. Air mataku mulai jatuh perlahan, lama-kelamaan menjadi deras dan semakin deras. Hampir saja aku pingsan, tetapi aku mengkuatkan diri karena ingin melihat Raka, aku ingin mencari dia.
            Pada saat aku berjalan tak berdaya. Tiba-tiba muncullah seorang pria berwibawa memakai helm dengan kaca tertutup dan tak terlihat dan laki-laki itu membawa bingkisan besar. Aku sangat terkejut, percaya tidak percaya bahwa itulah Raka. ”Raka......” kataku lirih dengan mata yang berlinang airmata. ”Iya ini aku sayang, aku tidak suka melihatmu menangis begitu, ini adalah hari bahagiamu, kamu tidak pantas seperti itu. Sayang selamat ulang tahun yaa, maaf aku terlambat. Semoga bertambahnya usiamu bertambah pula kedewasaanmu. Kamu harus menjadi wanita mandiri. Sayang maafkan aku yang telah membuatmu khawatir, gelisah, kesal dan cemburu. Kamu boleh marah padaku. Aku sengaja begini karena aku ingin membuat hari bahagiamu menjadi hari yang penuh arti dan kenangan. Aku ingin membuat kejutan untukmu sayangku. Aku dekat dengan perempuan ituhanya karena ingin membuat hadiah ini unutkmu. Ini hadiah spesial hadiah terindah yang aku buat dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Perempuan itu adalah Nisa, dia sahabat dekatku yang baru saja pindah dari jakarta sayang. Maafkan semua kesalahanku sayang.”
            ”Iya sayang aku maafkan kamu, tapi aku masih tidak mengerti mengapa kamu berbicaraku masih menggunakan helm? Lepas sayang. Aku kangen kamu...”
Hening... dan akhirnya Rakapun melepaskan helmnya dan berkata ”Sekali lagi maafkan aku sayang. I really love you until whenever.”
            Aku dan semua orang pun menjadi heran melihat kepala Raka yang lama-lama banyak mengeluarkan darah. Raka jatuh ke lantai dan mengeluarkan banyak darah. Aku baru menyadari bahwa kepala Raka pecah, mungkin akibat kecelakaan yang diceritakan pada Nisa tadi. Aku melihat raka jatuh dan menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Tidaaaaaakkkkk!!! Raka telah meninggalkan aku begitu cepat. Dia meninggal dunia... Airmataku tak kunjung habis melihat Raka seperti itu
            Aku masih tidak percaya Raka telah meninggalkan aku. Aku tidak dapat berpikiran jernih saat itu.
            Kini di setiap hari-hariku, aku merasa sepi, aku merasa sendiri di tengah keramaian. Aku masih belum bisa memaafkan diri aku sendiri. Kenapa? Mengapa? Duku aku sebegitu jahatnya pada Raka, aku terlalu berpikir negatif pada Raka padahal kenyataannya Raka begitu demi aku. Rakaaaaaaa maafkan aku. Sekarang aku baru sadar bahwa kamu sangat mencintai aku.aku hanya bisa berdo buat kamu boy. Raka sayang baik-baik ya disana, gaboleh nakal, gaboleh lupain aku, karena aku engga mungkim melupakanmu. Tahukan kamu Raka, aku telah membuka hadiah terakhir dari kamu. Aku sangat suka! Suka sekali Raka? Terimakasih. Semoga kamu melihatnya disana.
            Bulan demi bulan berlalu setelah kepergian Raka. Raka tahukah kamu? Sekarang aku sudah tidak sedih lagi karena aku selalu mengenangmu didalam hatiku. Kamu juga menemani aku kan Raka? Aku dapat merasakan itu. Jaga diri baik-baik ya sayang, aku mencintaimu, tetapi Allah lebih, lebih dan lebih mencintaimu. Peluk dan cium dari aku untukmu Raka kekasihku.


                                                                          -tiaandriyani-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar